Kaget juga
ketika suatu hari mendapatkan telpon dari konsumen suatu instansi yang
mengabarkan bahwa buku-buku yang kami kirim rusak penjilidannya. Di hari yang
lain, konsumen lain menginfokan bahwa ada kesalahan penulisan nomor telepon di
formulir yang mereka pesan dalam
jumlah yang tidak sedikit beberapa minggu yang lalu,
yang baru juga mereka sadari setelah sampai ke pengguna formulir tersebut.
Tidak banyak memang, tapi apapun ini adalah bentuk ketidakpuasan pelanggan.
Bagaimana kita harus bersikap terhadap aduan tersebut? Bagaimana kita memaknai
keluhan tersebut?
Tindakan kami waktu itu adalah meminta konsumen mengembalikan buku yang
telah mereka beli ataupun sisa cetakan yang masih mereka simpan, dan kami akan
menukarnya dengan yang baru tanpa tambahan biaya apapun. Namun ternyata, justru
mereka kaget dengan keputusan kami. Mereka menyadari bahwa kami jarang sekali
menghasilkan produk yang tidak sesuai dengan pesanan mereka. Tidak biasanya
buku-buku kami mbrodholi alias rusak jilidannya. Untuk itulah mereka
sangat loyal pada perusahaan kami, sehingga mereka pun merasa ‘tidak enak’
apabila akan mengembalikannya kepada kami. Akhirnya, dengan pertimbangan
tertentu, konsumen buku yang rusak jilidannya tersebut hanya meminta ganti
sejumlah nominal tertentu yang akan mereka gunakan untuk menjilid ulang buku
tersebut. Sementara itu, konsumen pemilik formulir, hanya meminta kami untuk membuat
surat pernyataan saja, yang justru kami tidak memenuhinya. Kami lebih memilih
untuk menggantinya dengan cetakan yang baru, walaupun biayanya lebih besar.
Membuat surat pernyataan biayanya jauh lebih murah daripada mengganti
dengan cetakan baru, bahkan hampir tidak berbiaya. Namun hal itu tidak kami lakukan.
Kami tidak mau konsumen menyimpan bahkan mengarsip ‘pengakuan kesalahan’ atas
produk kami yang tertuang pada surat pernyataan yang kami tandatangani. Positif image lebih berharga secara
jangka panjang dibandingkan pengeluaran ekstra untuk mengganti produk tersebut.
Itulah alasan utama kenapa lebih baik mengganti produk yang dikomplain konsumen daripada ‘sekedar’
membuat surat pernyataan bahwa ada kesalahan cetak yang kami lakukan. Mengganti
produk rusak yang dikomplain pelanggan lebih ‘murah’ dibandingkan jika harus kehilangan
aset terbesar perusahaan, yaitu pelanggan itu sendiri.
Pelanggan memiliki berbagai macam perilaku pasca pembelian. Pelanggan yang puas dengan pelayanan kita
kemungkinan besar mereka akan diam saja, tetapi tetap membeli produk kita.
Selain itu, ada juga yang menyampaikan kepuasannya pada orang lain, sehingga
mempengaruhi orang lain untuk membeli produk kita. Namun demikian, mereka akan
menyampaikan kepuasannya tidak lebih kepada 3 orang. Sedangkan konsumen yang
kecewa dengan produk kita, kemungkinan besar akan menyampaikan kekecewaannya
paling tidak kepada 11 orang lainnya. Kalaupun tidak, mereka akan diam saja dan
memutuskan untuk tidak membeli lagi ke perusahaan kita. Mereka akan pindah ke
pesaing kita, yang akan sulit bagi kita untuk memengaruhinya supaya dapat
kembali lagi menggunakan produk-produk kita. Hilanglah kesempatan penjualan
kita.
Komplain pelanggan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi perusahaan.
Dengan adanya keluhan dari pelanggan, kita akan mengetahui kinerja karyawan
bagian produksi, bila yang dikeluhkan adalah kualitas produk perusahaan kita.
Dengan adanya komplain, kita dapat memperbaiki kinerja karyawan kita. Komplain
pelanggan memicu kita untuk bekerja lebih hati-hati. Komplain pelanggan akan
meningkatkan penjualan perusahaan, selama kita mampu mendengarkan dengan
seksama dan menyelesaikan secepat mungkin demi kepuasan konsumen kita.
Pelanggan puas, kita pun juga akan merasakan kepuasan itu. Untuk itu, tanggapi
komplain pelanggan dengan senyuman....semoga bermakna!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar