Jumat, 29 Juni 2012

INVESTASI SDM DI MASA SULIT, MUNGKINKAH?


 
Seperti diberitakan dalam Bisnis Indonesia minggu kedua bulan ini bahwa korban pemutusan hubungan kerja (PHK) terus bertambah hingga mencapai 52.954 orang per 5 Juni 2009, dengan jumlah pekerja yang dirumahkan sebanyak 22.440 orang. Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans), PHK tersebut terjadi sebagai dampak dari krisis ekonomi global. Melemahnya pasar internasional akibat krisis ekonomi global telah berdampak pada sektor riil Indonesia terutama industri yang berorientasi ekspor yang banyak menyerap tenaga kerja. Dewasa ini sektor industri nasional tidak hanya menghadapi masalah penurunan harga jual dan permintaan, tetapi juga menghadapi masalah peningkatan biaya bahan baku khususnya impor akibat merosotnya kurs rupiah, sehingga tidak ada pilihan bagi industri nasional selain mengurangi volume produksi yang berdampak pada pengurangan tenaga kerja, baik dengan melakukan PHK maupun merumahkan sementara karyawannya.
Fenomena di atas menggambarkan kesulitan dunia usaha saat ini dalam mengelola perusahaannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa krisis keuangan selalu berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat, sehingga permintaan perusahaan turun dan berkonsekuensi pada jumlah produksi yang juga pasti turun. Dampak dari rentetan peristiwa itu adalah pengurangan tenaga kerja sebagai prioritas utama untuk menyelamatkan perusahaan. Dr. H. Achmad S. Ruky, seorang praktisi manajemen sumber daya manusia Indonesia senior mengemukakan bahwa krisis berkepanjangan ini juga akan berdampak pada makin terpuruknya kualitas SDM. Keterpurukan kualitas SDM disebabkan adanya pengurangan anggaran perusahaan untuk kegiatan pelatihan tenaga kerjanya dengan alasan menekan biaya demi survival perusahaan. Hal ini berarti akan ada kemunduran dalam usaha peningkatan kualitas SDM sektor bisnis oleh para pelakunya sendiri.
Bagaimana dengan pekerja yang masih dipertahankan oleh perusahaan? Apakah mereka masih mendapatkan harapan untuk peningkatan kesejahteraan hidupnya? Atau justru sebaliknya, mereka terancam untuk menunggu giliran PHK berikutnya?

Peran Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia merupakan sumberdaya yang paling penting bagi suatu organisasi, walaupun sebagian besar orang berpendapat bahwa financial resource dan informational resource memegang peran yang tidak kalah pentingnya untuk kesuksesan sebuah organisasi. Namun demikian, hampir semua pimpinan perusahaan besar dan modern sekarang mengakui bahwa yang paling sulit diperoleh dan dikelola adalah human resource yaitu “sumberdaya manusia/modal insani” yang mempunyai kualitas yang “pas” dengan yang diinginkan oleh perusahaan. Optimalitas penggunaan financial resource dan informational resource dalam sebuah perusahaan sangat tergantung pada skill, knowledge, dan attitude yang dimiliki karyawannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Robert McLean dalam bukunya Performance Measures in the New Economy bahwa “Sebuah perusahaan yang kehilangan semua peralatannya tetapi tetap memiliki semua keahlian dan pengetahuan yang dimiliki karyawannya dapat kembali ke bisnisnya setiap saat. Tetapi sebuah perusahaan yang kehilangan semua orangnya walaupun tetap memiliki semua peralatannya tidak pernah dapat kembali”. Hal ini menggambarkan betapa besarnya peran SDM dalam sebuah perusahaan.
Dengan demikian merupakan suatu keharusan untuk memberikan perhatian lebih pada kualitas pekerja bagi perusahaan yang ingin tetap survive saat menghadapi terjangan krisis dan persaingan yang semakin keras ini. Teknologi, peralatan, dan sarana prasarana produksi sangat mudah dibeli untuk ditiru oleh perusahaan lain. Modal uang juga mudah diperoleh dengan semakin banyaknya lembaga keuangan yang berebut mencari nasabah. Namun, hal itu tidak akan terjadi dengan mudah pada sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Karyawan memiliki karakteristik yang unik daripada sumberdaya lainnya. Karyawan merupakan satu-satunya aset perusahaan yang tergolong ‘benda hidup’, yang selalu berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang mereka yakini sebagai pegangan. Keunikan karyawan juga dicerminkan oleh bentuk kekuatan skill, knowledge, dan attitude yang mereka terapkan dalam bekerja.

Investasi SDM
Oleh karena SDM memegang peran utama dalam kesuksesan sebuah perusahaan, maka setiap perusahaan harus melakukan investasi pada bidang ini. Investasi SDM sering didefinisikan sebagai pengorbanan sejumlah dana yang dikeluarkan dan kesempatan memperoleh penghasilan selama proses investasi. Dana yang ditanamkan dalam bidang SDM ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan, pengetahuan, dan sikap kerja pekerja sehingga berdampak pada peningkatan kualitas SDM yang dimiliki perusahaan. Peningkatan kualitas SDM akan berdampak pada peningkatan produktivitas karyawan. Peningkatan produktivitas karyawan akan diikuti dengan peningkatan produktivitas perusahaan secara keseluruhan. Dengan meningkatnya produktivitas perusahaan berarti penghasilan perusahaan juga akan semakin meningkat.
Pendidikan dan pelatihan karyawan merupakan salah satu bentuk investasi SDM guna peningkatan kualitas tenaga kerja. Tenaga kerja yang terdidik dan terlatih pastilah akan memiliki ketrampilan dan pengetahuan tinggi sehingga mereka akan bekerja secara efektif dan efisien, apalagi dengan dukungan attitude yang sesuai dengan kepribadian perusahaannya. Sebagian  pimpinan sependapat bahwa untuk menciptakan SDM berkualitas pastilah diperlukan dana yang tidak sedikit. Mereka yang berasumsi semacam itu akan mengambil keputusan untuk menghilangkan anggaran pengembangan karyawan, khususnya bagi kebanyakan perusahaan yang saat ini sedang terpuruk akibat krisis keuangan global. Pengembangan karyawan adalah biaya bagi perusahaan, sehingga harus dipangkas ketika penyusunan anggaran perusahaan. Alasan tradisionalnya adalah tidak adanya pengeluaran yang dapat dihilangkan atau ditekan selain dana yang berhubungan dengan bidang ketenagakerjaan.
Sekilas keputusan tersebut dapat dibenarkan. Tetapi, benarkah anggapan bahwa pengembangan karyawan itu selalu membutuhkan dana? Kalau benar demikian, berarti tidaklah mungkin  bagi perusahaan untuk melakukan investasi SDM di saat sulit seperti sekarang ini. Jangankan untuk mengikutsertakan karyawan dalam program pendidikan dan pelatihan, untuk membayar gaji karyawan saja perlu perhitungan yang lebih ‘njlimet’ supaya gaji terus dapat dibayarkan secara kontinyu.
Namun demikian, apakah kondisi perusahaan tidak semakin sulit bila karyawan yang ada tidak ditingkatkan kualitasnya karena keterbatasan dana perusahaan? Seharusnya perusahaan masih tetap melakukan investasi SDM walaupun perusahaan berada dalam masa kesulitan finansial. Apabila melihat kembali tujuan yang ingin dicapai dari investasi SDM maka dapat kita temukan sebuah metode pengembangan yang tidak perlu dana. Seperti telah disebutkan di atas bahwa tujuan investasi SDM adalah untuk peningkatan kualitas, yang secara garis besar dapat digolongkan menjadi peningkatan ketrampilan, pengetahuan, dan sikap pekerja. Peningkatan ketrampilan dan pengetahuan pekerja dapat dilakukan dengan bimbingan karyawan yang lebih senior di bidang kerja bersangkutan. Memang nampaknya mudah, tetapi proses transfer ketrampilan dan pengetahuan ini tidak akan berjalan lancar tanpa unsur kepercayaan dari kedua belah pihak. Penanaman kepercayaan akan kemampuan karyawan senior untuk memberikan bimbingan kepada yang lebih yunior merupakan tugas seorang pemimpin. Untuk peningkatan attitude karyawan, diperlukan contoh nyata tentang kebiasaan, perilaku, dan sikap atasannya. Biasanya karyawan memiliki kecenderungan untuk mengamati apa saja yang dilakukan oleh atasannya. Hal-hal yang dapat ditiru, khususnya yang mendukung kepentingan individunya, pasti akan ditirunya. Dengan demikian, jelas terlihat bahwa pimpinan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas SDM, khususnya bila tidak tersedia cukup dana untuk pengembangan karyawannya. Semoga bermakna.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar