Seperti
diberitakan dalam Bisnis Indonesia minggu kedua bulan ini bahwa korban
pemutusan hubungan kerja (PHK) terus bertambah hingga mencapai 52.954 orang per
5 Juni 2009, dengan jumlah pekerja yang dirumahkan sebanyak 22.440 orang. Menurut
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans), PHK tersebut terjadi
sebagai dampak dari krisis ekonomi global. Melemahnya pasar internasional
akibat krisis ekonomi global telah berdampak pada sektor riil Indonesia
terutama industri yang berorientasi ekspor yang banyak menyerap tenaga kerja.
Dewasa ini sektor industri nasional tidak hanya menghadapi masalah penurunan
harga jual dan permintaan, tetapi juga menghadapi masalah peningkatan biaya
bahan baku khususnya impor akibat merosotnya kurs rupiah, sehingga tidak ada
pilihan bagi industri nasional selain mengurangi volume produksi yang berdampak
pada pengurangan tenaga kerja, baik dengan melakukan PHK maupun merumahkan
sementara karyawannya.
Fenomena
di atas menggambarkan kesulitan dunia usaha saat ini dalam mengelola
perusahaannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa krisis keuangan selalu berdampak
pada menurunnya daya beli masyarakat, sehingga permintaan perusahaan turun dan
berkonsekuensi pada jumlah produksi yang juga pasti turun. Dampak dari rentetan
peristiwa itu adalah pengurangan tenaga kerja sebagai prioritas utama untuk
menyelamatkan perusahaan. Dr. H. Achmad S. Ruky, seorang praktisi manajemen
sumber daya manusia Indonesia senior mengemukakan bahwa krisis berkepanjangan
ini juga akan berdampak pada makin terpuruknya kualitas SDM. Keterpurukan
kualitas SDM disebabkan adanya pengurangan anggaran perusahaan untuk kegiatan
pelatihan tenaga kerjanya dengan alasan menekan biaya demi survival perusahaan. Hal ini berarti akan ada kemunduran dalam
usaha peningkatan kualitas SDM sektor bisnis oleh para pelakunya sendiri.
Bagaimana
dengan pekerja yang masih dipertahankan oleh perusahaan? Apakah mereka masih
mendapatkan harapan untuk peningkatan kesejahteraan hidupnya? Atau justru
sebaliknya, mereka terancam untuk menunggu giliran PHK berikutnya?
Peran Sumberdaya Manusia
Sumberdaya
manusia merupakan sumberdaya yang paling penting bagi suatu organisasi,
walaupun sebagian besar orang berpendapat bahwa financial resource dan informational
resource memegang peran yang tidak kalah pentingnya untuk kesuksesan sebuah
organisasi. Namun demikian, hampir semua pimpinan perusahaan besar dan modern
sekarang mengakui bahwa yang paling sulit diperoleh dan dikelola adalah human resource yaitu “sumberdaya
manusia/modal insani” yang mempunyai kualitas yang “pas” dengan yang diinginkan
oleh perusahaan. Optimalitas penggunaan financial
resource dan informational resource
dalam sebuah perusahaan sangat tergantung pada skill, knowledge, dan attitude
yang dimiliki karyawannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Robert McLean dalam
bukunya Performance Measures in the New
Economy bahwa “Sebuah perusahaan yang kehilangan semua peralatannya tetapi
tetap memiliki semua keahlian dan pengetahuan yang dimiliki karyawannya dapat
kembali ke bisnisnya setiap saat. Tetapi sebuah perusahaan yang kehilangan
semua orangnya walaupun tetap memiliki semua peralatannya tidak pernah dapat
kembali”. Hal ini menggambarkan betapa besarnya peran SDM dalam sebuah perusahaan.
Dengan
demikian merupakan suatu keharusan untuk memberikan perhatian lebih pada kualitas
pekerja bagi perusahaan yang ingin tetap survive
saat menghadapi terjangan krisis dan persaingan yang semakin keras ini.
Teknologi, peralatan, dan sarana prasarana produksi sangat mudah dibeli untuk
ditiru oleh perusahaan lain. Modal uang juga mudah diperoleh dengan semakin
banyaknya lembaga keuangan yang berebut mencari nasabah. Namun, hal itu tidak
akan terjadi dengan mudah pada sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan.
Karyawan memiliki karakteristik yang unik daripada sumberdaya lainnya. Karyawan
merupakan satu-satunya aset perusahaan yang tergolong ‘benda hidup’, yang
selalu berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang mereka yakini sebagai
pegangan. Keunikan karyawan juga dicerminkan oleh bentuk kekuatan skill, knowledge, dan attitude yang mereka terapkan dalam
bekerja.
Investasi SDM
Oleh
karena SDM memegang peran utama dalam kesuksesan sebuah perusahaan, maka setiap
perusahaan harus melakukan investasi pada bidang ini. Investasi SDM sering
didefinisikan sebagai pengorbanan sejumlah dana yang dikeluarkan dan kesempatan
memperoleh penghasilan selama proses investasi. Dana yang ditanamkan dalam
bidang SDM ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan, pengetahuan, dan sikap
kerja pekerja sehingga berdampak pada peningkatan kualitas SDM yang dimiliki
perusahaan. Peningkatan kualitas SDM akan berdampak pada peningkatan produktivitas
karyawan. Peningkatan produktivitas karyawan akan diikuti dengan peningkatan
produktivitas perusahaan secara keseluruhan. Dengan meningkatnya produktivitas
perusahaan berarti penghasilan perusahaan juga akan semakin meningkat.
Pendidikan
dan pelatihan karyawan merupakan salah satu bentuk investasi SDM guna peningkatan
kualitas tenaga kerja. Tenaga kerja yang terdidik dan terlatih pastilah akan
memiliki ketrampilan dan pengetahuan tinggi sehingga mereka akan bekerja secara
efektif dan efisien, apalagi dengan dukungan attitude yang sesuai dengan kepribadian perusahaannya.
Sebagian pimpinan sependapat bahwa untuk
menciptakan SDM berkualitas pastilah diperlukan dana yang tidak sedikit. Mereka
yang berasumsi semacam itu akan mengambil keputusan untuk menghilangkan
anggaran pengembangan karyawan, khususnya bagi kebanyakan perusahaan yang saat
ini sedang terpuruk akibat krisis keuangan global. Pengembangan karyawan adalah
biaya bagi perusahaan, sehingga harus dipangkas ketika penyusunan anggaran
perusahaan. Alasan tradisionalnya adalah tidak adanya pengeluaran yang dapat
dihilangkan atau ditekan selain dana yang berhubungan dengan bidang
ketenagakerjaan.
Sekilas
keputusan tersebut dapat dibenarkan. Tetapi, benarkah anggapan bahwa
pengembangan karyawan itu selalu membutuhkan dana? Kalau benar demikian, berarti
tidaklah mungkin bagi perusahaan untuk
melakukan investasi SDM di saat sulit seperti sekarang ini. Jangankan untuk
mengikutsertakan karyawan dalam program pendidikan dan pelatihan, untuk
membayar gaji karyawan saja perlu perhitungan yang lebih ‘njlimet’ supaya gaji
terus dapat dibayarkan secara kontinyu.
Namun
demikian, apakah kondisi perusahaan tidak semakin sulit bila karyawan yang ada
tidak ditingkatkan kualitasnya karena keterbatasan dana perusahaan? Seharusnya
perusahaan masih tetap melakukan investasi SDM walaupun perusahaan berada dalam
masa kesulitan finansial. Apabila melihat kembali tujuan yang ingin dicapai
dari investasi SDM maka dapat kita temukan sebuah metode pengembangan yang
tidak perlu dana. Seperti telah disebutkan di atas bahwa tujuan investasi SDM
adalah untuk peningkatan kualitas, yang secara garis besar dapat digolongkan
menjadi peningkatan ketrampilan, pengetahuan, dan sikap pekerja. Peningkatan
ketrampilan dan pengetahuan pekerja dapat dilakukan dengan bimbingan karyawan
yang lebih senior di bidang kerja bersangkutan. Memang nampaknya mudah, tetapi
proses transfer ketrampilan dan pengetahuan ini tidak akan berjalan lancar
tanpa unsur kepercayaan dari kedua belah pihak. Penanaman kepercayaan akan
kemampuan karyawan senior untuk memberikan bimbingan kepada yang lebih yunior
merupakan tugas seorang pemimpin. Untuk peningkatan attitude karyawan, diperlukan contoh nyata tentang kebiasaan,
perilaku, dan sikap atasannya. Biasanya karyawan memiliki kecenderungan untuk
mengamati apa saja yang dilakukan oleh atasannya. Hal-hal yang dapat ditiru,
khususnya yang mendukung kepentingan individunya, pasti akan ditirunya. Dengan
demikian, jelas terlihat bahwa pimpinan memegang peranan penting dalam
peningkatan kualitas SDM, khususnya bila tidak tersedia cukup dana untuk
pengembangan karyawannya. Semoga bermakna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar