Jumat, 29 Juni 2012

INVESTASI PADA FASILITAS PRODUKSI



Peningkatan permintaan konsumen bukanlah berarti ‘tanpa masalah’ bagi sebuah bisnis. Keberhasilan satu program tertentu di suatu departemen pasti  akan menimbulkan  ‘masalah baru’ di departemen lainnya. Walaupun ‘masalah baru’ yang dimaksudkan cenderung berupa ‘tantangan’ untuk pengembangan program perusahaan yang lainnya.
Sangat disayangkan bila permintaan konsumen kita sia-siakan, apalagi kita tolak. Hampir semua usaha tidak akan menolak permintaan konsumen, kecuali karena kendala tertentu yang tidak bisa terhindarkan. Dalam kondisi hypercompetition seperti saat ini, menolak konsumen dan membuatnya kecewa dapat menjadikan mereka berpindah pada pesaing. Untuk mengembalikan mereka kepada kita diperlukan usaha yang lebih keras dan biasanya juga lebih mahal.
Permasalahan yang sering muncul adalah ketika peningkatan permintaan konsumen, tidak diimbangi dengan kapasitas produksi yang memadai. Keterbatasan kapasitas produksi ini bisa menyangkut mesin dan fasilitas lain, sumberdaya manusia, tempat/ruangan, daya listrik, dan lainnya. Dalam hal keterbatasan mesin atau peralatan produksi, ada dua pilihan bagi manajemen untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, yaitu menambah fasilitas produksi atau sub-order ke perusahaan lain. Keputusan untuk mengambil salah satu pilihan tersebut bukanlah keputusan sederhana. Kemampuan analisis manajemen sangat dibutuhkan, selain keberanian dalam mengambil dan menjalankan keputusan tersebut.

MENAMBAH FASILITAS PRODUKSI
Menambah kapasitas mesin agar dapat menghasilkan produk sesuai haparan konsumen, merupakan keputusan investasi yang strategik dalam suatu usaha. Membeli mesin berarti investasi pada aktiva tetap yang berpengaruh pada operasional perusahaan jangka panjang. Oleh karena itu perencanaan dan pengambilan keputusan yang matang diperlukan karena dana yang tertanam membutuhkan waktu pengembalian yang panjang. Dalam konsep manajemen keuangan, hal itu disebut dengan capital budgeting. Capital budgeting diperlukan karena belanja modal yang dilakukan perusahaan biasanya menyangkut dana besar sehingga berpengaruh terhadap keuangan perusahaan secara keseluruhan.
Dalam melakukan capital budgeting kita harus memperhatikan faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Besarnya aset, jumlah karyawan, dana yang dimiliki, luas ruang produksi, daya listrik, merupakan sebagian faktor internal perusahaan yang dapat kita kendalikan. Sedangkan faktor-faktor yang sulit kita kendalikan diantaranya adalah: permintaan pasar, harga barang modal, inflasi, suku bunga, peraturan pemerintah, selera konsumen, dan sebagainya. Faktor-faktor inilah yang akan membantu kita untuk memutuskan dalam pembelian mesin.
Capital budgeting memiliki arti penting bagi suatu perusahaan, karena 1) dana yang dikeluarkan akan terikat untuk jangka waktu panjang, 2) investasi dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap penjualan di masa datang, 3) pengeluaran dana investasi biasanya dalam jumlah besar, dan 4) kesalahan dalam pengambilan keputusan mengenai pengeluaran modal tersebut akan mempunyai akibat yang panjang dan berat serta tidak dapat diperbaiki tanpa adanya kerugian. Dengan demikian sangatlah penting bagi perusahaan untuk melakukan penilaian terhadap rencana investasi tersebut. Penilaian investasi harus dilihat dari aspek pasar, teknis, manajemen, keuangan, hukum, sosial dan ekonomi.
Dari sisi aspek keuangan, kita dapat menilai kelayakan investasi pembelian mesin dengan beberapa metode berikut. Pertama, Payback Period. Metode ini digunakan untuk melihat seberapa cepat dana yang ditanamkan dalam investasi akan kembali. Lebih cepat tentu lebih baik. Kedua, Net Present Value (NPV). Metode ini digunakan untuk melihat selisih antara nilai sekarang aliran kas masuk bersih yang akan diterima perusahaan dengan investasinya. Harapannya tentu NPV positif, karena hal itu berarti dana yang masuk selama umur investasi lebih besar dari dana yang dikeluarkan. Ketiga, Internal Rate of Return (IRR), untuk melihat tingkat pengembalian sebenarnya yang dihasilkan dengan adanya investasi tersebut. Semakin besar nilai IRR maka semakin menarik sebuah investasi itu. Terakhir, Profitability Index (PI), melihat perbandingan antara aliran kas masuk bersih dengan nilai investasi yang dikeluarkan. Harapannya tentu lebih lebih dari 1, karena berarti  aliran kas masuk lebih dari kas keluarnya.
Hal yang sangat penting dalam penilaian kelayakan di atas adalah ketepatan prediksi perusahaan pada tingkat penjualan di masa yang akan datang, dengan adanya investasi tersebut. Oleh karena metode-metode tersebut didasarkan pada pendapatan di masa datang yang belum terjadi.
Tentu saja aspek keuangan bukanlah penentu utama dalam keputusan pembelian mesin baru. Kelebihan yang akan kita peroleh bila menambah fasilitas produksi juga pada fleksibilitas dalam mengontrol proses produksinya sehingga kualitas produksi sesuai dengan standar perusahaan kita. Di samping itu, kita juga dapat membantu mengurangi pengangguran karena setiap mesin pasti membutuhkan operator.

SUB ORDER KE PERUSAHAAN LAIN
Alternatif yang mungkin dapat juga kita pilih untuk memenuhi peningkatan permintaan pasar adalah bekerjasama dengan perusahaan lain berupa sub-order. Proses produksi kita serahkan pada perusahaan lain yang memproduksi produk sama dengan perusahaan kita. Keputusan ini memiliki kelebihan antara lain 1) konsumen tetap dapat dilayani 2) tidak diperlukan dana besar untuk investasi 3) perusahaan dapat fokus pada core product-nya sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki.
Meski demikian sub order juga tidak lepas dari berbagai masalah. Permasalahan perbedaan standar kualitas salah satunya. Nama perusahaan kita yang dipertaruhkan jika kualitas produk akhirnya tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh konsumen. Sulit bagi kita untuk melakukan pengendalian kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan lain.
Selain hal itu, seringkali sub order menimbulkan kesulitan dalam mengatur jadwal terutama bagian produksi, yang berdampak pada ketepatan waktu penghantaran produk kita kepada konsumen. Kita harus tergantung pada schedule produksi dari perusahaan penerima sub order kita.
Biaya sebagai akibat sub order pastilah lebih tinggi dibandingkan bila order tersebut kita kerjakan sendiri. Biaya yang lebih tinggi ini akan berdampak pada harga jual produk kita. Kesulitan bersaing akan kita dapati bila produk kita berharga sedikit lebih tinggi dari produk pesaing.
Jika sub-order dilakukan terus menerus secara jangka panjang, hal ini juga berarti perusahaan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar, dan ketergantungan kita pada perusahaan sub-order semakin besar.
Dengan berbagai kelebihan dan kekurangan tersebut di atas, perusahaan dapat mengambil keputusan apakah tetap dengan sub-order atau melakukan investasi baru pada fasilitas produksi untuk memenuhi permintaan konsumen. Keputusan apapun yang akan dipilih, sangat dipengaruhi oleh kondisi internal perusahaan dan keberanian pimpinan untuk menghadapi risiko.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar