Jumat, 29 Juni 2012

PELAYANAN PRIMA, PENINGKAT LABA



Setiap usaha pasti berharap adanya peningkatan laba, khususnya untuk perusahaan yang profit-oriented. Meningkat tidaknya laba usaha kita tergantung pada besarnya pendapatan yang mampu kita raih dan biaya yang kita keluarkan. Apabila kita bicara tentang pendapatan, pasti berhubungan dengan strategi untuk memperoleh pendapatan sebesar-besarnya. Sedangkan bila kita bicara tentang biaya, pasti terpikir sebuah strategi untuk menekan biaya sebesar-besarnya.

MAKSIMISASI  PENDAPATAN
Pada dasarnya, pendapatan diperhitungkan dari banyaknya produk yang mampu kita jual dikalikan dengan harga jual produk tersebut. Harga jual produk sangat dipengaruhi oleh besarnya biaya produksi dan ketatnya persaingan di industri bersangkutan, selain juga dipengaruhi oleh margin yang kita inginkan. Dengan demikian, kita tidak dapat berbuat banyak terhadap harga jual produk. Dalam arti bahwa bila kita memasang ‘harga tinggi’ untuk produk kita justru akan menguntungkan pesaing kita.
 Oleh karena kita tidak dapat seenaknya sendiri dalam penentuan harga jual, maka satu-satunya harapan kita untuk meningkatkan pendapatan perusahaan adalah dengan menjual produk sebanyak-banyaknya. Marketer  berperan penting dalam hal ini, sesuai dengan tugas utamanya yaitu mencari konsumen baru dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Mencari konsumen baru membutuhkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan mempertahankan pelanggan yang sudah dimiliki. Selain lebih mahal, mempengaruhi seseorang untuk membeli produk kita bukanlah hal yang mudah, apalagi bila sebelumnya mereka telah terbiasa mengkonsumsi produk dari perusahaan pesaing kita. Dengan demikian, harapan terbesar kita untuk meningkatkan penjualan adalah dari pelanggan yang sudah pernah membeli produk kita. Permasalahannya, apa yang dapat kita harapkan dari mereka dan bagaimana cara mempengaruhi mereka supaya tetap menjadi pelanggan kita?

PELANGGAN LOYAL
Konsumen yang terus-menerus membeli produk kita merupakan pelanggan yang loyal. Pelanggan loyal sangatlah besar artinya bagi perusahaan. Selain terjadi retention buying oleh pelanggan itu sendiri, mereka juga akan melakukan word of mouth secara otomatis terhadap orang-orang terdekatnya untuk mengikuti mereka memakai produk kita.
Pelanggan yang loyal akan selalu membeli produk kita, bahkan seringkali tanpa mempertimbangkan lagi berapa harga yang harus mereka bayar untuk mendapatkan produk kita. Tidak hanya pembelian untuk produk-produk yang telah biasa mereka konsumsi saja, melainkan mereka juga akan mudah kita pengaruhi untuk membeli produk-produk kita yang lain. Pelanggan yang loyal adalah pelanggan yang telah merasa mendapatkan kepuasan dari perusahaan kita. Mereka akan melakukan testimoni positif tentang produk dan perusahaan kita, tanpa kita minta. Word of mouth yang merupakan promosi paling efisien dan efektif telah berlangsung dengan sendirinya. Biaya promosi akan dapat kita tekan, dengan memiliki pelanggan yang loyal. Dengan demikian, peningkatan penjualan tidak hanya berasal dari pelanggan perusahaan tersebut, tetapi juga dari konsumen-konsumen baru yang dibawa oleh pelanggan kita. Harapan kita, konsumen baru yang dibawa oleh pelanggan loyal kita tadi, juga akan melakukan word of mouth atas kepuasannya terhadap produk dan layanan perusahaan kita, dan begitu seterusnya sehingga penjualan perusahaan meningkat tanpa diikuti dengan peningkatan biaya.

KEPUASAN PELANGGAN
Kepuasan pelanggan dapat dilihat dari harapan dan kenyataan yang mereka terima. Apabila kenyataan yang mereka terima lebih rendah value-nya daripada harapannya, tidak mungkin mereka akan datang untuk membeli produk kita lagi. Kepuasan akan terjadi bila kenyataan sama dengan harapan. Lebih hebat lagi bila kita bisa menyajikan rasa ‘sangat puas’ pada pelanggan kita, dengan memberikan kenyataan yang jauh lebih tinggi value-nya daripada apa yang mereka harapkan dari  perusahaan kita.
Ada beberapa implikasi kepuasan terhadap perilaku purna pembelian, diantaranya loyalty, switch, dan paymore,. Seperti telah dijelaskan di atas, pelanggan yang punya rasa ‘sangat puas’ dari membeli produk kita pasti akan  menjadi pelanggan loyal. Pelanggan yang loyal akan meningkatkan penjualan perusahaan dan bahkan akan membantu perusahaan mengurangi biaya promosi. Selain itu, pelanggan yang sangat puas pasti juga bersedia ‘membayar lebih’ (paymore) untuk memperoleh produk kita. Sebaliknya, konsumen yang tidak puas, akan dengan mudah switch atau pindah mengkonsumsi produk dari pesaing kita.

PELAYANAN PRIMA
Pelayanan Prima adalah pelayanan terbaik yang diberikan sesuai standar mutu yang memuaskan dan sesuai atau melebihi harapan pelanggan. Seorang pakar service excellence mengemukakan pendekatan 3A untuk menerapkan pelayanan yang prima, yaitu Attitude (sikap), Attention (perhatian), dan Action (tindakan).
Pelayanan prima yang diberikan kepada pelanggan dengan menggunakan pendekatan Attitude (sikap), meliputi tiga hal pokok, yaitu penampilan yang sopan dan serasi, berpikiran positif, sehat dan logis; dan sikap menghargai. Pelayanan terbaik yang diberikan kepada pelanggan berdasarkan pendekatan Attention (perhatian), juga mencakup tiga hal pokok, yaitu mendengarkan dan memahami secara sungguh-sungguh kebutuhan pelanggan; mengamati dan menghargai perilaku para pelanggan; dan mencurahkan perhatian penuh kepada pelanggan.
Pendekatan Action (tindakan) lebih memperhatikan pada 5 hal pokok, yaitu  mencatat setiap pesanan pelanggan, mencatat kebutuhan pelanggan, menegaskan kembali kebutuhan pelanggan, mewujudkan  kebutuhan pelanggan, dan menyatakan terima kasih dengan harapan mereka semakin puas dengan apa yang kita lakukan.
Ketiga pendekatan itulah yang minimal harus kita lakukan untuk mewujudkan pelayanan yang prima kepada pelanggan kita. Dengan kualitas produk yang mampu bersaing dengan produsen lain, ditambah dengan pelayanan yang melebihi harapan pelanggan, maka pelanggan akan ’semakin cinta’ dengan kita. Dengan demikian, mereka akan terus dan terus membeli, serta akan menarik orang lain untuk ikut membeli produk perusahaan kita. Biaya promosi akan dapat ditekan, penjualan akan terus meningkat, sehingga profitabilitas perusahaan akan semakin tinggi. Semoga bermakna!

MANAJEMEN STRES



Merapi sudah mereda, tetapi dampaknya belumlah reda. Pengungsi masih tersebar di berbagai penampungan, tempat tinggal yang layak masih mereka harapkan, sementara mata pencaharian bagi beberapa pengungsi tidak lagi dimiliki karena lahan pertanian tidak memungkinkan untuk digarap. Kondisi tersebut pada akhirnya dapat berdampak pada munculnya penyakit fisik dan gangguan jiwa  atau stres. Tetapi tidak selamanya stres membawa dampak negatif. Apabila kita mampu mengelola stres dengan baik, maka stres tersebut akan memberi dampak positif pada perilaku dan kehidupan kita.

Apa sebenarnya ‘stres’ itu?
Menurut literatur, stres adalah suatu kondisi dinamik yang didalamnya seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala, atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting. Dari pengertian tersebut, jelas bahwa stres dikaitkan dengan peluang, kendala, dan tuntutan serta ada ketidakpastian mengenai hasil dimana hasilnya adalah sesuatu yang memang penting.
Dilihat dari sisi peluang, stres mempunyai nilai positif. Dalam kondisi yang ‘mencekam’ ini terjadi peningkatan kesadaran manusia untuk selalu bekerjasama dan saling membantu. Kondisi di pengungsian tak beda jauh, mereka tinggal berkelompok, bekerjasama, dan saling membantu. Sedangkan, mereka yang tidak terkena musibah, banyak memberikan bantuan dalam berbagai bentuk secara ikhlas.
Stres dikaitkan juga dengan kendala dan tuntutan. Kendala adalah kekuatan yang mencegah seseorang dari melakukan sesuatu yang diinginkannya. Jelas bahwa mereka para pengungsi memiliki banyak kendala untuk melakukan sesuatu yang menjadi keinginannya. Sebagian dari mereka merasa sudah tidak punya apa-apa lagi. Mereka tidak punya ‘modal’ lagi untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian secara otomatis, mereka kehilangan juga sesuatu yang sangat diinginkan, yang kita sebut sebagai tuntutan. Dalam suasana seperti ini, mereka pasti menghadapi ketidakpastian dalam kehidupannya di masa mendatang.

Apakah konsekuensi stres itu?
Stres membawa konsekuensi pada gejala fisiologis, psikologis, dan perilaku seseorang. Meningkatnya jumlah orang yang sakit di tempat pengungsian, seperti: sakit kepala, tekanan darah tinggi, dan berbagai penyakit lainnya merupakan gejala fisiologis. Gejala psikologis terlihat dari adanya pengungsi yang mengalami gangguan jiwa, depresi, ketegangan, kecemasan, kebosanan, serta emosional yang tinggi. Sedangkan gejala stres yang dikaitkan dengan perilaku dapat terlihat dari perubahan pola makan, perubahan pola tidur, meningkatnya konsumsi merokok bagi para perokok, berpindah-pindah tempat pengungsian atas kehendak sendiri, dan sikap yang terlihat ‘nglokro’ ataupun bermalas-malasan.
Supaya ketiga gejala yang memang sudah muncul ini tidak berkepanjangan maka stres harus dikelola, baik oleh para individunya sendiri maupun oleh lembaga terkait.

Bagaimana mengelola stres itu?
Setiap manusia dapat memikul tanggungjawab pribadi untuk mengurangi tingkat stresnya. Menurut Stephen P. Robbins, strategi individu yang telah terbukti efektif adalah dengan manajemen waktu, meningkatkan latihan fisik, relaksasi, dan perluasan jaringan dukungan sosial.
Sebagian pengungsi tetap menjalankan kegiatan yang biasa mereka kerjakan sebelumnya, seperti memberi makan ternak, memasak, membersihkan tempat pengungsian dan lainnya. Disadari atau tidak, mereka sudah memiliki rutinitas layaknya mengenal ‘ilmu manajemen waktu’ dengan baik. Tentu saja tidak demikian halnya bagi yang mengalami stres tingkat tinggi. Mereka justru tidak mampu melakukan apapun.
Peningkatan latihan fisik dan relaksasi sangat mendukung untuk mengurangi stres. Melakukan senam pagi bersama-sama sangat baik bagi pengungsi. Aerobik sebagai salah satu bentuk latihan fisik dapat meningkatkan kapasitas jantung, menurunkan laju detak jantung, memberikan suatu pengalihan mental dari suatu tekanan, dan menawarkan suatu cara untuk ‘melepas energi’. Kegiatan yang biasanya diakhiri dengan relaksasi ini dapat membantu seseorang untuk mengurangi tingkat stresnya. Selain mengikuti latihan fisik, alangkah baiknya juga bila mereka bersedia menghadiri segala macam kegiatan yang diselenggarakan oleh komunitas seniman, spiritual, dan berbagai komunitas lain yang bertujuan untuk memberikan pencerahan batin kepada mereka.
Memperluas jaringan dukungan sosial juga merupakan suatu cara untuk mengurangi ketegangan. Hal ini dilakukan dengan memiliki teman, keluarga, ataupun saudara yang mampu mendengar masalah-masalah mereka. Untuk itu, kita dapat membantu mereka dengan cara mendekati dan mendengarkan cerita mereka, tanpa ikut banyak bercerita. Dukungan sosial untuk mereka terlihat pada sinergi antara pemerintah, relawan, donatur, dan para korban sendiri. Tanpa ada kerjasama yang baik di antara mereka, akan semakin banyak korban gangguan jiwa. Penumbuhan harapan bagi mereka untuk kembali ke kehidupan normal dengan berbagai kebijakan, seperti pembangunan shelter, pembelian ternak, ganti rugi hasil pertanian, dan lainnya, tentu akan sangat membantu mereka terhindar dari stres.
***

INVESTASI SDM DI MASA SULIT, MUNGKINKAH?


 
Seperti diberitakan dalam Bisnis Indonesia minggu kedua bulan ini bahwa korban pemutusan hubungan kerja (PHK) terus bertambah hingga mencapai 52.954 orang per 5 Juni 2009, dengan jumlah pekerja yang dirumahkan sebanyak 22.440 orang. Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans), PHK tersebut terjadi sebagai dampak dari krisis ekonomi global. Melemahnya pasar internasional akibat krisis ekonomi global telah berdampak pada sektor riil Indonesia terutama industri yang berorientasi ekspor yang banyak menyerap tenaga kerja. Dewasa ini sektor industri nasional tidak hanya menghadapi masalah penurunan harga jual dan permintaan, tetapi juga menghadapi masalah peningkatan biaya bahan baku khususnya impor akibat merosotnya kurs rupiah, sehingga tidak ada pilihan bagi industri nasional selain mengurangi volume produksi yang berdampak pada pengurangan tenaga kerja, baik dengan melakukan PHK maupun merumahkan sementara karyawannya.
Fenomena di atas menggambarkan kesulitan dunia usaha saat ini dalam mengelola perusahaannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa krisis keuangan selalu berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat, sehingga permintaan perusahaan turun dan berkonsekuensi pada jumlah produksi yang juga pasti turun. Dampak dari rentetan peristiwa itu adalah pengurangan tenaga kerja sebagai prioritas utama untuk menyelamatkan perusahaan. Dr. H. Achmad S. Ruky, seorang praktisi manajemen sumber daya manusia Indonesia senior mengemukakan bahwa krisis berkepanjangan ini juga akan berdampak pada makin terpuruknya kualitas SDM. Keterpurukan kualitas SDM disebabkan adanya pengurangan anggaran perusahaan untuk kegiatan pelatihan tenaga kerjanya dengan alasan menekan biaya demi survival perusahaan. Hal ini berarti akan ada kemunduran dalam usaha peningkatan kualitas SDM sektor bisnis oleh para pelakunya sendiri.
Bagaimana dengan pekerja yang masih dipertahankan oleh perusahaan? Apakah mereka masih mendapatkan harapan untuk peningkatan kesejahteraan hidupnya? Atau justru sebaliknya, mereka terancam untuk menunggu giliran PHK berikutnya?

Peran Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia merupakan sumberdaya yang paling penting bagi suatu organisasi, walaupun sebagian besar orang berpendapat bahwa financial resource dan informational resource memegang peran yang tidak kalah pentingnya untuk kesuksesan sebuah organisasi. Namun demikian, hampir semua pimpinan perusahaan besar dan modern sekarang mengakui bahwa yang paling sulit diperoleh dan dikelola adalah human resource yaitu “sumberdaya manusia/modal insani” yang mempunyai kualitas yang “pas” dengan yang diinginkan oleh perusahaan. Optimalitas penggunaan financial resource dan informational resource dalam sebuah perusahaan sangat tergantung pada skill, knowledge, dan attitude yang dimiliki karyawannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Robert McLean dalam bukunya Performance Measures in the New Economy bahwa “Sebuah perusahaan yang kehilangan semua peralatannya tetapi tetap memiliki semua keahlian dan pengetahuan yang dimiliki karyawannya dapat kembali ke bisnisnya setiap saat. Tetapi sebuah perusahaan yang kehilangan semua orangnya walaupun tetap memiliki semua peralatannya tidak pernah dapat kembali”. Hal ini menggambarkan betapa besarnya peran SDM dalam sebuah perusahaan.
Dengan demikian merupakan suatu keharusan untuk memberikan perhatian lebih pada kualitas pekerja bagi perusahaan yang ingin tetap survive saat menghadapi terjangan krisis dan persaingan yang semakin keras ini. Teknologi, peralatan, dan sarana prasarana produksi sangat mudah dibeli untuk ditiru oleh perusahaan lain. Modal uang juga mudah diperoleh dengan semakin banyaknya lembaga keuangan yang berebut mencari nasabah. Namun, hal itu tidak akan terjadi dengan mudah pada sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Karyawan memiliki karakteristik yang unik daripada sumberdaya lainnya. Karyawan merupakan satu-satunya aset perusahaan yang tergolong ‘benda hidup’, yang selalu berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang mereka yakini sebagai pegangan. Keunikan karyawan juga dicerminkan oleh bentuk kekuatan skill, knowledge, dan attitude yang mereka terapkan dalam bekerja.

Investasi SDM
Oleh karena SDM memegang peran utama dalam kesuksesan sebuah perusahaan, maka setiap perusahaan harus melakukan investasi pada bidang ini. Investasi SDM sering didefinisikan sebagai pengorbanan sejumlah dana yang dikeluarkan dan kesempatan memperoleh penghasilan selama proses investasi. Dana yang ditanamkan dalam bidang SDM ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan, pengetahuan, dan sikap kerja pekerja sehingga berdampak pada peningkatan kualitas SDM yang dimiliki perusahaan. Peningkatan kualitas SDM akan berdampak pada peningkatan produktivitas karyawan. Peningkatan produktivitas karyawan akan diikuti dengan peningkatan produktivitas perusahaan secara keseluruhan. Dengan meningkatnya produktivitas perusahaan berarti penghasilan perusahaan juga akan semakin meningkat.
Pendidikan dan pelatihan karyawan merupakan salah satu bentuk investasi SDM guna peningkatan kualitas tenaga kerja. Tenaga kerja yang terdidik dan terlatih pastilah akan memiliki ketrampilan dan pengetahuan tinggi sehingga mereka akan bekerja secara efektif dan efisien, apalagi dengan dukungan attitude yang sesuai dengan kepribadian perusahaannya. Sebagian  pimpinan sependapat bahwa untuk menciptakan SDM berkualitas pastilah diperlukan dana yang tidak sedikit. Mereka yang berasumsi semacam itu akan mengambil keputusan untuk menghilangkan anggaran pengembangan karyawan, khususnya bagi kebanyakan perusahaan yang saat ini sedang terpuruk akibat krisis keuangan global. Pengembangan karyawan adalah biaya bagi perusahaan, sehingga harus dipangkas ketika penyusunan anggaran perusahaan. Alasan tradisionalnya adalah tidak adanya pengeluaran yang dapat dihilangkan atau ditekan selain dana yang berhubungan dengan bidang ketenagakerjaan.
Sekilas keputusan tersebut dapat dibenarkan. Tetapi, benarkah anggapan bahwa pengembangan karyawan itu selalu membutuhkan dana? Kalau benar demikian, berarti tidaklah mungkin  bagi perusahaan untuk melakukan investasi SDM di saat sulit seperti sekarang ini. Jangankan untuk mengikutsertakan karyawan dalam program pendidikan dan pelatihan, untuk membayar gaji karyawan saja perlu perhitungan yang lebih ‘njlimet’ supaya gaji terus dapat dibayarkan secara kontinyu.
Namun demikian, apakah kondisi perusahaan tidak semakin sulit bila karyawan yang ada tidak ditingkatkan kualitasnya karena keterbatasan dana perusahaan? Seharusnya perusahaan masih tetap melakukan investasi SDM walaupun perusahaan berada dalam masa kesulitan finansial. Apabila melihat kembali tujuan yang ingin dicapai dari investasi SDM maka dapat kita temukan sebuah metode pengembangan yang tidak perlu dana. Seperti telah disebutkan di atas bahwa tujuan investasi SDM adalah untuk peningkatan kualitas, yang secara garis besar dapat digolongkan menjadi peningkatan ketrampilan, pengetahuan, dan sikap pekerja. Peningkatan ketrampilan dan pengetahuan pekerja dapat dilakukan dengan bimbingan karyawan yang lebih senior di bidang kerja bersangkutan. Memang nampaknya mudah, tetapi proses transfer ketrampilan dan pengetahuan ini tidak akan berjalan lancar tanpa unsur kepercayaan dari kedua belah pihak. Penanaman kepercayaan akan kemampuan karyawan senior untuk memberikan bimbingan kepada yang lebih yunior merupakan tugas seorang pemimpin. Untuk peningkatan attitude karyawan, diperlukan contoh nyata tentang kebiasaan, perilaku, dan sikap atasannya. Biasanya karyawan memiliki kecenderungan untuk mengamati apa saja yang dilakukan oleh atasannya. Hal-hal yang dapat ditiru, khususnya yang mendukung kepentingan individunya, pasti akan ditirunya. Dengan demikian, jelas terlihat bahwa pimpinan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas SDM, khususnya bila tidak tersedia cukup dana untuk pengembangan karyawannya. Semoga bermakna.




GAJI SEBAGAI SALAH SATU INDIKATOR INVESTASI


Jika ingin menanam modal di suatu perusahaan, investor akan cenderung memilih investasi di perusahaan yang membayar gaji tinggi pada karyawannya, ataukah memilih menginvestasikan uangnya di perusahaan yang memberi gaji  rendah?
Ada 2 pendapat berbeda ketika saya tanyakan hal itu pada sekelompok orang. Pendapat pertama, mereka akan menginvestasikan uangnya ke perusahaan yang memberi gaji rendah pada karyawannya. Alasan klasik, gaji adalah biaya. Semakin tinggi biaya berarti semakin besar pengeluaran. Peningkatan pengeluaran yang tidak diimbangi dengan pemasukan atau pendapatan perusahaan, berdampak pada turunnya laba perusahaan. Penurunan laba selanjutnya akan berakibat pada kecilnya keuntungan  (gain) yang akan diterima investor dari perusahaan.
Namun demikian, kelompok lain memeiliki pendapat berbeda. Gaji karyawan yang tinggi justru menunjukkan bahwa perusahaan tersebut berkinerja tinggi. Suatu perusahaan tidak akan berani menggaji tinggi karyawannya bila pendapatan mereka rendah. Dapat dipastikan pengelola perusahaan tersebut telah memprediksi bahwa dalam jangka panjang penghasilan perusahaan akan jauh lebih besar daripada pengeluarannya sehingga mereka berani mengambil keputusan untuk memberikan gaji tinggi pada karyawannya. Apabila pendapatan lebih besar daripada pengeluaran berarti keuntungan perusahaan akan meningkat. Semakin besar keuntungan perusahaan berarti juga akan semakin besar keuntungan  (gain) yang akan diterima investor.

MOTIVASI BERINVESTASI
Investasi berarti mengeluarkan sejumlah uang atau menyimpan uang pada sesuatu dengan harapan suatu saat mendapat keuntungan financial. Salah satu cara berinvestasi yaitu dengan membeli asset financial seperti saham dan obligasi. Saham merupakan unit kepemilikan dalam sebuah perusahaan, sedangkan pemilik obligasi adalah kreditur, bukan pemilik sebuah perusahaan. Saham ataukah obligasi yang dibeli oleh seseorang, keduanya sama-sama memberikan harapan kepada pembelinya untuk memperoleh keuntungan (gain) di kemudian hari.
Menurut beberapa pakar bisnis, ada 3 alasan utama yang mendorong seseorang melakukan investasi. Pertama, motivasinya adalah speculation, harapan untuk mendapatkan untung besar dari saham dalam waktu singkat. Motivasi kedua adalah pertumbuhan jangka panjang nilai saham. Investor yang memilih pertumbuhan sebagai tujuan utama, melakukan investasi pada perusahaan yang tumbuh cepat. Motivasi yang lain lagi, karena beberapa pemilik sekuritas menggunakan saham dan obligasi untuk menambah pendapatan. Pendapatan yang diperoleh dari investasi sekuritas disebut imbalan (return) atau hasil (yield) investor. Hasil dihitung dengan membagi pendapatan dividen atau bunga dengan harga pasar. Para investor yang terutama termotivasi oleh pendapatan memusatkan perhatian pada dividen dari perusahaan yang mereka pertimbangkan untuk diinvestasikan. Oleh karena dividen dibayar dari pendapatan perusahaan, investor memperhatikan catatan perusahaan di masa lalu untuk membayar dividen, profitabilitasnya pada saat ini, dan prospek pendapatannya di masa depan.

PERAN GAJI
Gaji merupakan salah satu bentuk direct financial rewards yang diterima karyawan dari perusahaan tempat mereka bekerja. Bagi pekerja, jelaslah bahwa gaji merupakan penghasilan dan pendorong kegairahan mereka dalam bekerja. Selain itu, gaji juga menggambarkan besar kecilnya sumbangan karyawan terhadap perusahaan.
Bagi pengusaha, gaji merupakan salah satu unsur  biaya yang dimasukkan dalam pos biaya usaha.  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa “semakin tinggi gaji akan berdampak pada semakin tingginya biaya perusahaan” Selanjutnya, “semakin tinggi biaya perusahaan akan berdampak pada semakin rendahnya profit yang diperoleh perusahaan”. Benarkah demikian?
Bila ditelaah lebih dalam, statement seperti itu tidak selalu benar. Gaji tinggi berdampak pada peningkatan semangat karyawan dalam bekerja, yang akan berlanjut pada kepuasan karyawan terhadap perusahaan. Karyawan yang puas pasti akan meningkat loyalitasnya. Loyalitas karyawan akan berakibat pada efisiensi dan efektivitas kerja. Apabila semua karyawan selalu bekerja secara efisien dan efektif maka biaya usaha tidak akan meningkat, bahkan justru mengalami penurunan. Budaya kerja semacam itu pasti akhirnya akan berdampak pada peningkatan penjualan. Penurunan biaya yang diikuti dengan peningkatan penjualan akan berakibat pada meningkatnya keuntungan perusahaan.
Dengan mengkaji kembali motivasi berinvestasi dan peran gaji, baik bagi karyawan maupun perusahaan, selanjutnya kita dapat menentukan dimana kita akan berinvestasi. Apakah akan berinvestasi di perusahaan yang membayar gaji tinggi kepada karyawannya ataukah di perusahaan yang membayar gaji lebih rendah? Keputusan di tangan kita masing-masing. Semoga bermakna. ***

INVESTASI PADA FASILITAS PRODUKSI



Peningkatan permintaan konsumen bukanlah berarti ‘tanpa masalah’ bagi sebuah bisnis. Keberhasilan satu program tertentu di suatu departemen pasti  akan menimbulkan  ‘masalah baru’ di departemen lainnya. Walaupun ‘masalah baru’ yang dimaksudkan cenderung berupa ‘tantangan’ untuk pengembangan program perusahaan yang lainnya.
Sangat disayangkan bila permintaan konsumen kita sia-siakan, apalagi kita tolak. Hampir semua usaha tidak akan menolak permintaan konsumen, kecuali karena kendala tertentu yang tidak bisa terhindarkan. Dalam kondisi hypercompetition seperti saat ini, menolak konsumen dan membuatnya kecewa dapat menjadikan mereka berpindah pada pesaing. Untuk mengembalikan mereka kepada kita diperlukan usaha yang lebih keras dan biasanya juga lebih mahal.
Permasalahan yang sering muncul adalah ketika peningkatan permintaan konsumen, tidak diimbangi dengan kapasitas produksi yang memadai. Keterbatasan kapasitas produksi ini bisa menyangkut mesin dan fasilitas lain, sumberdaya manusia, tempat/ruangan, daya listrik, dan lainnya. Dalam hal keterbatasan mesin atau peralatan produksi, ada dua pilihan bagi manajemen untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, yaitu menambah fasilitas produksi atau sub-order ke perusahaan lain. Keputusan untuk mengambil salah satu pilihan tersebut bukanlah keputusan sederhana. Kemampuan analisis manajemen sangat dibutuhkan, selain keberanian dalam mengambil dan menjalankan keputusan tersebut.

MENAMBAH FASILITAS PRODUKSI
Menambah kapasitas mesin agar dapat menghasilkan produk sesuai haparan konsumen, merupakan keputusan investasi yang strategik dalam suatu usaha. Membeli mesin berarti investasi pada aktiva tetap yang berpengaruh pada operasional perusahaan jangka panjang. Oleh karena itu perencanaan dan pengambilan keputusan yang matang diperlukan karena dana yang tertanam membutuhkan waktu pengembalian yang panjang. Dalam konsep manajemen keuangan, hal itu disebut dengan capital budgeting. Capital budgeting diperlukan karena belanja modal yang dilakukan perusahaan biasanya menyangkut dana besar sehingga berpengaruh terhadap keuangan perusahaan secara keseluruhan.
Dalam melakukan capital budgeting kita harus memperhatikan faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Besarnya aset, jumlah karyawan, dana yang dimiliki, luas ruang produksi, daya listrik, merupakan sebagian faktor internal perusahaan yang dapat kita kendalikan. Sedangkan faktor-faktor yang sulit kita kendalikan diantaranya adalah: permintaan pasar, harga barang modal, inflasi, suku bunga, peraturan pemerintah, selera konsumen, dan sebagainya. Faktor-faktor inilah yang akan membantu kita untuk memutuskan dalam pembelian mesin.
Capital budgeting memiliki arti penting bagi suatu perusahaan, karena 1) dana yang dikeluarkan akan terikat untuk jangka waktu panjang, 2) investasi dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap penjualan di masa datang, 3) pengeluaran dana investasi biasanya dalam jumlah besar, dan 4) kesalahan dalam pengambilan keputusan mengenai pengeluaran modal tersebut akan mempunyai akibat yang panjang dan berat serta tidak dapat diperbaiki tanpa adanya kerugian. Dengan demikian sangatlah penting bagi perusahaan untuk melakukan penilaian terhadap rencana investasi tersebut. Penilaian investasi harus dilihat dari aspek pasar, teknis, manajemen, keuangan, hukum, sosial dan ekonomi.
Dari sisi aspek keuangan, kita dapat menilai kelayakan investasi pembelian mesin dengan beberapa metode berikut. Pertama, Payback Period. Metode ini digunakan untuk melihat seberapa cepat dana yang ditanamkan dalam investasi akan kembali. Lebih cepat tentu lebih baik. Kedua, Net Present Value (NPV). Metode ini digunakan untuk melihat selisih antara nilai sekarang aliran kas masuk bersih yang akan diterima perusahaan dengan investasinya. Harapannya tentu NPV positif, karena hal itu berarti dana yang masuk selama umur investasi lebih besar dari dana yang dikeluarkan. Ketiga, Internal Rate of Return (IRR), untuk melihat tingkat pengembalian sebenarnya yang dihasilkan dengan adanya investasi tersebut. Semakin besar nilai IRR maka semakin menarik sebuah investasi itu. Terakhir, Profitability Index (PI), melihat perbandingan antara aliran kas masuk bersih dengan nilai investasi yang dikeluarkan. Harapannya tentu lebih lebih dari 1, karena berarti  aliran kas masuk lebih dari kas keluarnya.
Hal yang sangat penting dalam penilaian kelayakan di atas adalah ketepatan prediksi perusahaan pada tingkat penjualan di masa yang akan datang, dengan adanya investasi tersebut. Oleh karena metode-metode tersebut didasarkan pada pendapatan di masa datang yang belum terjadi.
Tentu saja aspek keuangan bukanlah penentu utama dalam keputusan pembelian mesin baru. Kelebihan yang akan kita peroleh bila menambah fasilitas produksi juga pada fleksibilitas dalam mengontrol proses produksinya sehingga kualitas produksi sesuai dengan standar perusahaan kita. Di samping itu, kita juga dapat membantu mengurangi pengangguran karena setiap mesin pasti membutuhkan operator.

SUB ORDER KE PERUSAHAAN LAIN
Alternatif yang mungkin dapat juga kita pilih untuk memenuhi peningkatan permintaan pasar adalah bekerjasama dengan perusahaan lain berupa sub-order. Proses produksi kita serahkan pada perusahaan lain yang memproduksi produk sama dengan perusahaan kita. Keputusan ini memiliki kelebihan antara lain 1) konsumen tetap dapat dilayani 2) tidak diperlukan dana besar untuk investasi 3) perusahaan dapat fokus pada core product-nya sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki.
Meski demikian sub order juga tidak lepas dari berbagai masalah. Permasalahan perbedaan standar kualitas salah satunya. Nama perusahaan kita yang dipertaruhkan jika kualitas produk akhirnya tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh konsumen. Sulit bagi kita untuk melakukan pengendalian kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan lain.
Selain hal itu, seringkali sub order menimbulkan kesulitan dalam mengatur jadwal terutama bagian produksi, yang berdampak pada ketepatan waktu penghantaran produk kita kepada konsumen. Kita harus tergantung pada schedule produksi dari perusahaan penerima sub order kita.
Biaya sebagai akibat sub order pastilah lebih tinggi dibandingkan bila order tersebut kita kerjakan sendiri. Biaya yang lebih tinggi ini akan berdampak pada harga jual produk kita. Kesulitan bersaing akan kita dapati bila produk kita berharga sedikit lebih tinggi dari produk pesaing.
Jika sub-order dilakukan terus menerus secara jangka panjang, hal ini juga berarti perusahaan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar, dan ketergantungan kita pada perusahaan sub-order semakin besar.
Dengan berbagai kelebihan dan kekurangan tersebut di atas, perusahaan dapat mengambil keputusan apakah tetap dengan sub-order atau melakukan investasi baru pada fasilitas produksi untuk memenuhi permintaan konsumen. Keputusan apapun yang akan dipilih, sangat dipengaruhi oleh kondisi internal perusahaan dan keberanian pimpinan untuk menghadapi risiko.