Pasti
jawabannya ‘ya’! Bila begitu, apakah kita sudah menjalankan bisnis secara etis?
Pasti jawabannya tidak semudah menjawab pertanyaan sebelumnya. Faktanya,
bagaimana pelaksanaan etika bisnis di Indonesia? Apakah sebagian besar pelaku
bisnis di Indonesia berperilaku etis ataukah justru sebaliknya? Untuk menjawab
berbagai pertanyaan tersebut, perlu kita pahami beberapa hal berikut ini.
ALASAN BISNIS HARUS ETIS
Etika
bisnis merupakan pedoman dalam menentukan benar tidaknya, baik buruknya, dan
bermoral tidaknya suatu tindakan yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya. Tri Hendro Sigit dalam bukunya “Etika Bisnis Modern” mengemukakan
beberapa alasan mendasar tentang perlunya bisnis dijalankan secara etis. Alasan
pertama adalah untuk memenuhi kebutuhan para stakeholders. Hal ini
didasarkan pada kecenderungan orang-orang untuk menjalankan hidup sesuai dengan
standar etika yang tinggi dengan harapan akan dapat meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat. Jika masyarakat sudah terbiasa dengan kehidupan yang baik
dan etis, dengan sendirinya bisnis yang dijalankan juga akan dikelola dengan
baik dan etis.
Banyak
riset membuktikan bahwa perilaku etis perusahaan akan meningkatkan profitabilitynya. Hal ini sangat masuk
akal karena perilaku etis perusahaan akan berdampak munculnya positif image di masyarakat. Dengan image yang baik tersebut maka
kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan dan produknya lebih meningkat
sehingga akan berdampak pada peningkatan penjualan yang tidak diikuti oleh
peningkatan biaya. Dengan demikian akan terjadi peningkatan laba. Inilah alasan
kedua mengapa bisnis harus etis.
Adanya
keharusan yang ditetapkan suatu negara terhadap para pelaku bisnis untuk
mematuhi etika merupakan alasan berikutnya. Selain karena peraturan
perundang-undangan, perilaku etis dalam bisnis juga ditujukan untuk mencegah
kerugian besar bagi masyarakat dan stakeholders
akibat dari tindakan sebuah bisnis. Sebagai contoh adalah pembuangan limbah
yang tidak benar akan berakibat negatif pada kehidupan masyarakat sekitar, yang
akhirnya akan menciptakan image negatif
bagi bisnis kita.
Dalam
persaingan bisnis yang ketat seperti saat ini, sebagian besar perusahaan semakin
menyadari bahwa karyawan merupakan aset
penting yang sangat menentukan berhasil tidaknya dan bertahan tidaknya
perusahaan tersebut dalam persaingan. Kenyataan ini membuat perusahaan untuk
semakin memperhatikan hak dan kepentingan karyawan serta berusaha menjaga agar
mereka betah bekerja pada perusahaan tersebut. Pemberian gaji yang adil dan
layak, penghargaan yang baik, suasana yang nyaman, kepemimpinan yang efektif,
dan perlakuan yang adil merupakan beberapa ukuran etis tidaknya bisnis yang
kita jalankan. Semakin etis perlakuan kita terhadap karyawan maka semakin besar
juga kontribusi yang mereka berikan untuk kemajuan bisnis kita.
Pada
dasarnya, tujuan akhir dari penerapan etika bisnis adalah peningkatan laba
perusahaan, apapun dasar pertimbangan alasan yang digunakan.
PELAKSANAAN ETIKA BISNIS
Etika
bisnis sebenarnya merujuk pada perilaku pimpinan dan karyawan organisasi,
sehingga penerapan etika dalam bisnis dapat dikategorikan menjadi: perilaku
terhadap karyawan, perilaku terhadap organisasi, dan perilaku terhadap agen
ekonomi lainnya.
Perilaku
terhadap karyawan merupakan perilaku pimpinan terhadap bawahannya. Contoh
perilaku tidak etis yang sering tidak disadari dilakukan oleh pimpinan adalah
meminta karyawan melakukan suatu pekerjaan untuk kepentingan pribadi pimpinan
tersebut, menunda hak yang semestinya diberikan kepada karyawan, memperlakukan
karyawan dengan semena-mena, atau berperilaku tidak adil terhadap sesama
karyawan.
Perilaku
terhadap organisasi merupakan perilaku karyawan terhadap pimpinan dan atau
perusahaan tempat kerjanya. Fenomena yang sering dibicarakan adalah keberadaan whistle-blower dalam perusahaan kita.
Dibalik dampak negatif yang bakalan muncul, sudah semestinyalah pihak
perusahaan melakukan introspeksi diri
penyebab timbulnya keberanian seseorang menjadi whistle-blower. Pengelolaan karyawan dengan tepat akan dapat
mencegah perilaku tidak etis karyawan terhadap tempat kerjanya.
Perilaku
terhadap agen ekonomi lainnya merupakan perilaku perusahaan terhadap pelanggan,
investor, supplier, masyarakat
setempat, dan pihak lain yang berkepentingan terhadap maju tidaknya bisnis
kita. Ketidakjujuran tentang kualitas produk, penetapan harga, ataupun promosi merupakan salah satu
perilaku pebisnis yang tidak etis. Pelaporan dan pembagian hasil usaha tidak
dalam kondisi sebenarnya merupakan salah satu contoh perilaku tidak etis
terhadap investor.
FAKTA PELAKU BISNIS DI INDONESIA
Hasil survey Indonesian Procurement Watch (IPW) pada tahun 2011 terungkap bahwa 92,7% dari 550 responden di Jabodetabek
pernah melakukan suap kepada pemerintah dan 97,3% responden harus menyuap agar
bisa menang tender proyek pengadaan barang/jasa publik. Data tersebut merupakan
salah satu realitas bad governance
yang disampaikan dalam acara seminar-lokakarya ”Internalisasi Sistem Integritas
dan good corporate governance” yang
saya hadiri beberapa waktu yang lalu. Namun demikian, pastilah mereka punya
alasan tertentu mengapa harus melakukan penyuapan.
Beberapa kasus lainnya masih melekat dalam ingatan kita,
diantaranya perseteruan antara sebuah RS dengan salah satu pasiennya yang
memancing simpati masyarakat terhadap pasien tersebut, kasus pembobolan uang
nasabah bank tertentu yang dilakukan oleh karyawannya, kasus LAPINDO yang
membawa dampak besar bagi masyarakat sekitar, dan masih banyak lagi kasus-kasus
pelanggaran etika dalam berbisnis.
Oleh karena hidup itu adalah pilihan, maka kita harus
tentukan dari sekarang, apakah bisnis kita akan kita lakukan secara etis
ataukah tidak. Semoga bermakna!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar